REUNI, MANFAAT ATAU TIDAK?
Suatu hari, saya pernah membaca cerita tentang seseorang yang enggan hadir reunian karena reuni isinya hanya orang-orang yang pamer kekayaan dan kebahagiaan. Hemh, padahal semestinya reuni bisa jadi ajang silaturahim, alias menyambung kembali persahabatan yang terputus asal bukan cinta lama yang bersemi kembali di saat yang tidak tepat alias perselingkuhan!
Bicara tentang reuni, saya mungkin orang yang jarang datang reunian. Selain jarang diajak (kesian bener) karena domisili yang gak tetap, dan sebagian sudah hilang kontak. Ada sih beberapa reunian yang saya hadiri, itupun setelah mempertimbangkan untung ruginya bagi diri dan kemashlahatan untuk umat (ini lagi, ngomongin apa)
Sebenarnya reunian jaman sekarang bisa diawali lewat grup-grup medsos semisal grup bbm, grup whatsapp, grup fb dan sebagainya. Dari situ biasanya kopdaran dirancang untuk mempertemukan para anggotanya. Ohya, jadi ingat..suatu hari suami saya cerita, kalau beliau baru saja keluar dari sebuah grup alumni. Sebelumnya beliaupun cerita kalau bergabung dalam sebuah grup dan sering bercerita postingan di dalam grup tersebut. Alasan suami saya keluar dari grup tersebut karena ngerasa postingannya gak bermanfaat, malah mengundang maksiat, seperti posting meme dengan komentar lucu tapi foto seronok. Belum lagi pesertanya yang masih suka saling umpat, padahal menurut suami, mereka semua sudah berkeluarga. Kalau anak-anak mereka tahu kelakuan bapak-bapaknya, apa gak malu tuh bapak-bapak sama anak sendiri? Diam-diam terselip syukur dalam dada saya, syukur dengan keputusan suami untuk keluar dari grup tersebut, dan bersyukur karena telah menjadi istri dari seorang lelaki yang bisa menjaga diri ^.^
Kalau dipikir-pikir, alangkah ruginya kalau pertemuan dengan teman lama itu isinya cuma pamer karier, pamer kekayaan, pamer kebahagiaan, apalagi kalau isinya orang-orang yang belum moving on dari masa jahiliyahnya, seperti yang saya ceritakan di atas ;posting-posting gambar porno belum lagi ketika saling mengingatkan tentang aib masa lalu dengan dalih bahan lelucon atau mengenang masa lalu. Padahal sudah selayaknya aib itu saling ditutupi ^.^
Kalau masalah pamer, siapa sih yang nyaman ngumpul-ngumpul terus teman-teman kamu malah ngomongin gajinya berapa, belum lagi ketika setiap orang berlomba-lomba mengeluarkan hape canggih terbaru mereka, atau masing-masing menceritakan kehebatan anak mereka, menceritakan kehebatan suami mereka tanpa sadar ada dari teman mereka yang mungkin belum bersuami, belum mapan kehidupan ekonominya dan sebagainya. Jika tujuan menceritakan karier dan gajinya adalah membantu teman yang hadir tapi mungkin belum mapan, atau sharing tentang pendidikan anak, atau bersedia mencarikan jodoh buat teman yang masih lajang, sih tidak mengapa. Malah manfaat. Tapi, jika hasil pertemuan cuma membekaskan iri, rasanya gak bijak banget bagi yang memberi bekas, ya ^.^
Anyway, lebih baik lagi, kalau reunian itu mengumpulkan kita dengan teman-teman yang mengingatkan kita sama Allah. Yah, seperti suatu hari pulang reunian, seorang sahabat yang agak sedikit bersikeras menganjurkan mencari masjid terdekat untuk sholat dahulu mengantisipasi terjebak macet. Atau seorang sahabat yang ketika kami bertemu isinya adalah saling nasihat menasihati kebaikan. Rasanya pertemuan yang berkualitas banget!
Hemh, atau mungkin dibutuhkan kelapangan hati seluas-luasnya jika memang ingin menghadiri reunian, khawatir bukan mereka yang salah..tapi, hati kita sedang sempit hingga memunculkan fitnah, iri, dan dengki. Atau kita yang selemahnya iman hingga tidak bisa meluruskan ketika ada maksiat di depan mata…atau mungkin saya yang harus lebih banyak merenung lagi setelah tulisan ini diposting.
Day 11 #NulisRandom2015
Kendari, 15 juni 2015